Letkol Selamet Riyadi
𝐒𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐊𝐚𝐥𝐢𝐣𝐚𝐠𝐚
Lahir dengan nama 𝐑𝐚𝐝𝐞𝐧 𝐒𝐚h𝐢𝐝 pada sekitar tahun 1450 M, ia merupakan putra dari Tumenggung Wilatikta, Adipati Tuban—salah satu wilayah penting yang kala itu menjadi pelabuhan strategis serta pusat kebudayaan dan perdagangan. Keluarga Kalijaga sendiri berasal dari kalangan bangsawan Majapahit yang tengah menyaksikan keruntuhan kejayaan Hindu-Buddha, digantikan oleh hembusan angin perubahan dari arah Samudera Pasai dan Arab yang membawa pesan keesaan Tuhan.
Namun, seperti pahlawan dalam epos besar, perjalanan hidup Raden Said bukanlah tanpa noda. Di masa mudanya, ia dikenal sebagai sosok pemberontak sosial—merampok kaum kaya untuk dibagikan kepada rakyat miskin, tindakan yang kelak menyeretnya dalam konflik batin dan hukum. Namun, sebagaimana malam berserah kepada fajar, nasibnya berubah ketika ia bertemu Sunan Bonang, seorang wali sekaligus sufi besar yang mengajarkannya hakikat hidup dan keagamaan.
Pertemuan itu menjadi titik balik dalam hidupnya. Raden Said memilih jalur spiritual yang mendalam, menempuh laku tapa, tirakat, dan penempaan jiwa hingga lahirlah pribadi baru: Sunan Kalijaga—nama yang kelak harum sebagai juru bicara Tuhan lewat bahasa rakyat. Julukan “𝐊𝐚𝐥𝐢𝐣𝐚𝐠𝐚” sendiri berasal dari kisah kontemplatifnya menjaga sungai (kali), simbol penjagaan terhadap aliran iman yang murni namun lentur.
𝐃𝐚𝐤𝐰𝐚𝐡 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐄𝐬𝐭𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚: 𝐒𝐞𝐧𝐢 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐉𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐋𝐚𝐧𝐠𝐢𝐭
Berbeda dengan sebagian wali lainnya yang mengislamkan masyarakat lewat jalur syariat dan fiqh yang ketat, Sunan Kalijaga memilih pendekatan kultural-transformatif. Ia memahami bahwa ruh Islam dapat menyatu dengan denyut tradisi, bukan malah menentangnya. Di tangan Kalijaga, wayang kulit tidak lagi semata hiburan, tetapi media dakwah yang menyisipkan pesan tauhid, perjuangan, dan akhlak.
Melalui lakon-lakon Mahabharata dan Ramayana yang dimodifikasi, ia menyampaikan nilai-nilai Islam kepada masyarakat yang kala itu masih terikat dengan narasi kejawen. Bahkan tokoh-tokoh seperti Semar dan Pandawa pun dipenuhi makna sufistik. Dalam tembang macapat, suluk-suluk Jawa, dan irama gamelan, Kalijaga menyemai nilai-nilai tasawuf—tentang kesabaran, ketawakalan, dan cinta ilahi.
Ia juga dikenal menciptakan tembang spiritual fenomenal seperti “Lir Ilir” dan “Gundul-Gundul Pacul”, yang di balik kesederhanaannya tersembunyi ajaran akhlak dan spiritualitas mendalam. Seorang pendakwah, budayawan, sekaligus seniman agung—Sunan Kalijaga menjadikan Islam terasa sangat “Jawa”, tanpa menghilangkan esensinya.
𝐏𝐞𝐧𝐚𝐬𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐊𝐞𝐫𝐚𝐣𝐚𝐚𝐧: 𝐔𝐥𝐚𝐦𝐚 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐈𝐬𝐭𝐚𝐧𝐚
Peran Sunan Kalijaga tidak berhenti di panggung rakyat. Ia juga menjadi sosok penting di balik layar politik Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Ia adalah guru spiritual dan penasihat Raden Patah, Sultan Demak pertama, dan berperan dalam menyusun arah kebijakan kerajaan agar selaras dengan ajaran Islam.
Ia turut memprakarsai pembangunan Masjid Agung Demak, salah satu monumen Islam tertua di Jawa, tempat yang bukan hanya menjadi pusat ibadah, tapi juga pusat penyebaran ilmu dan kebudayaan Islam. Pilar-pilar masjid itu konon dibangun dari serpihan kayu bekas (tiang “tatal”), melambangkan kreativitas dan kesederhanaan khas Kalijaga.
Sebagai negarawan spiritual, ia tak memaksakan Islam dengan kekerasan, tetapi memperhalus jalan dakwah dengan hikmah dan kebijaksanaan. Ia memahami bahwa mengubah akar keyakinan masyarakat memerlukan waktu, kesabaran, dan sentuhan kebudayaan. Inilah warisan terbesarnya—Islam Nusantara yang ramah, toleran, dan akomodatif.
𝐖𝐚𝐫𝐢𝐬𝐚𝐧 𝐀𝐛𝐚𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐀𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐇𝐚𝐲𝐚𝐭
Sunan Kalijaga wafat diperkirakan 12 Muharram 1513 saka (sekitar 17 Oktober 1592 M), dan dimakamkan di Kadilangu, Demak, di sebuah kompleks yang kini menjadi situs ziarah spiritual ribuan umat dari seluruh penjuru negeri. Namun, jasadnya yang terbaring tak pernah menandai akhir pengaruhnya. Ajarannya masih hidup dalam ritual masyarakat, dalam karya seni, dalam nilai-nilai hidup orang Jawa hingga kini.
Ia adalah simbol dari Islam yang membumi, Islam yang memahami psikologi lokal, dan dakwah yang tidak menghakimi. Ia adalah jembatan antara dunia lama dan dunia baru, antara Hindu-Jawa dan Islam, antara manusia dan Tuhannya.
Sunan Kalijaga bukan sekadar nama dalam sejarah. Ia adalah ruh dalam denyut kebudayaan Indonesia, pelita dalam lorong waktu Nusantara. Di tengah gelombang fundamentalisme dan disorientasi identitas zaman kini, ajarannya kembali menjadi mercusuar: bahwa agama tak harus membentur budaya, tetapi dapat menari bersamanya menuju cahaya.
𝐂𝐚𝐭𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐊𝐚𝐤𝐢:
ˢᵘⁿʸᵒᵗᵒ, ᴬᵍᵘˢ. ᴬᵗˡᵃˢ ᵂᵃˡⁱ ˢᵒⁿᵍᵒ: ᴮᵘᵏᵘ ᴾᵉʳᵗᵃᵐᵃ ʸᵃⁿᵍ ᴹᵉⁿᵍᵘⁿᵍᵏᵃᵖ ᵂᵃˡⁱ ˢᵒⁿᵍᵒ ˢᵉᵇᵃᵍᵃⁱ ᶠᵃᵏᵗᵃ ˢᵉʲᵃʳᵃʰ. ᴸᴷⁱˢ, ²⁰¹².
ᶻᵒᵉᵗᵐᵘˡᵈᵉʳ, ᴾ.ᴶ. ᴹᵃⁿᵘⁿᵍᵍᵃˡⁱⁿᵍ ᴷᵃʷᵘˡᵃ ᴳᵘˢᵗⁱ: ᴾᵃⁿᵗʰᵉⁱˢᵐᵉ ᵈᵃⁿ ᴹᵒⁿⁱˢᵐᵉ ᵈᵃˡᵃᵐ ˢᵃˢᵗʳᵃ ˢᵘˡᵘᵏ ᴶᵃʷᵃ. ᴳʳᵃᵐᵉᵈⁱᵃ, ¹⁹⁹⁰.
ᴬᶻʳᵃ, ᴬᶻʸᵘᵐᵃʳᵈⁱ. ᴶᵃʳⁱⁿᵍᵃⁿ ᵁˡᵃᵐᵃ ᵀⁱᵐᵘʳ ᵀᵉⁿᵍᵃʰ ᵈᵃⁿ ᴷᵉᵖᵘˡᵃᵘᵃⁿ ᴺᵘˢᵃⁿᵗᵃʳᵃ ᴬᵇᵃᵈ ˣⱽᴵᴵ & ˣⱽᴵᴵᴵ. ᴷᵉⁿᶜᵃⁿᵃ, ²⁰⁰⁴.
ᴰᵉᵖᵃʳᵗᵉᵐᵉⁿ ᴾᵉⁿᵈⁱᵈⁱᵏᵃⁿ ᵈᵃⁿ ᴷᵉᵇᵘᵈᵃʸᵃᵃⁿ. ᴱⁿˢⁱᵏˡᵒᵖᵉᵈⁱ ᴵˢˡᵃᵐ ᴵⁿᵈᵒⁿᵉˢⁱᵃ. ᴶᵃᵏᵃʳᵗᵃ: ᴵᶜʰᵗⁱᵃʳ ᴮᵃʳᵘ ᵛᵃⁿ ᴴᵒᵉᵛᵉ, ¹⁹⁹²
M. MUKSIN PEJUANG WANITA
Pada tahun 1976 ada artikel yang memberitakan tentang M. Muksin, anggota veteran yang secara biologis jelas adalah seorang wanita.
Perawakannya pendek kurus dengan rambutnya yang panjang digulung ke atas disembunyikan dalam rongga topi veterannya.
Dalam kesehariannya beliau memang selalu mengenakan pakaian seragam ABRI (sekarang TNI), lengkap dengan atribut militernya. Namun tas kecil tak lupa selalu dibawanya, layaknya wanita pada umumnya.
Ketika ditanya mengapa tidak mau mengakui sebagai seorang wanita, hanya dijawabnya “ah itu rahasia pribadi sesuai dengan surat ketetapan dari MB Legiun Veteran RI”, begitu jawabnya. Dalam surat keterangan sebagai anggota veteran RI pun hanya dicantumkan nama M. Muksin saja, tanpa predikat nyonya.
M. Muksin sendiri dilahirkan di Kreteg Wonosobo pada tanggal 1 Maret 1915. Saat revolusi fisik tahun 1945, sesuai bakatnya beliau bertugas sebagai juru rawat yang kemudian membawanya bergabung dalam kompi I Kapten Sukarno B Batalyon 58 Resimen 18 Divisi III dengan pangkat Prajurit Dua. Beliau turut melibatkan diri keluar masuk kampung-kampung di Jawa Tengah bersama para pejuang kemerdekaan. Beliau juga ikut terlibat dalam pertempuran yang terjadi di dekat Tugu Semarang khususnya dalam bidang perawatan pejuang-pejuang yang mengalami luka dalam pertempuran.
Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI
Sumber : Pos Sore, 18 Agustus 1976 hal 3 kol 1-6 #infokcpi
hukuman mati di Alun-alun Bekasi
Delapan narapidana menjalani hukuman mati di Alun-alun Bekasi pada hari Rabu, 24 agustus 1870.
Mereka adalah para terpidana yang oleh pemerintah Hindia Belanda di sebut acht Tamboenmoordenaars (delapan jagal dari Tambun).
Alun-alun tempat berlangsungnya eksekusi tersebut kini menjadi lapangan rumput atau taman kota yang terletak di jalan Veteran, Bekasi Selatan.
SUBANG LARANG DARI CIREBON
Subang Larang, yang bernama asli Kubang Kencana Ningrum, adalah tokoh perempuan berpengaruh dalam sejarah Tatar Sunda dan Cirebon. Ia dikenal sebagai istri kedua Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja) dari Kerajaan Pakuan Pajajaran. Lahir pada tahun 1404, Subang Larang adalah putri dari Ki Gedeng Tapa, seorang syahbandar pelabuhan Muara Jati dan penguasa Kerajaan Singapura, sebuah kerajaan kecil di wilayah yang kini dikenal sebagai Cirebon.
Dari pernikahannya dengan Prabu Siliwangi, Subang Larang memiliki tiga orang anak yang memainkan peran penting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa Barat:
1. Raden Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana)
2. Nyai Rara Santang
3. Raden Kian Santang (Rajasengara)
Peran dalam Penyebaran Islam
Subang Larang dikenal sebagai salah satu tokoh perempuan yang berperan dalam penyebaran Islam di wilayah Pajajaran. Ia belajar Islam kepada Syekh Quro (Syekh Hasanuddin), seorang ulama dari Campa yang mendirikan pesantren di Karawang. Pendidikan Islam yang diperolehnya kemudian diturunkan kepada anak-anaknya, yang menjadi tokoh penting dalam Islamisasi di Jawa Barat.
Akhir Hayat
Subang Larang wafat sekitar tahun 1441 di Keraton Pakuan. Jenazahnya kemudian dibawa oleh abdi dalemnya untuk dimakamkan di Muara Jati, sebuah daerah yang kini berada di wilayah Cirebon.
Kisah dan keteladanan Subang Larang tetap hidup dalam memori kolektif masyarakat, terutama di wilayah Subang dan Cirebon, sebagai simbol perjuangan dan penyebaran Islam di Tatar Sunda.
Sumber Tertulis dan Manuskrip Sejarah
1. Carita Purwaka Caruban Nagari (CPCN)
2. Babad Cirebon Carub Kandha Naskah Tangkil
3. Babad Tanah Sunda dan Naskah Wangsakerta
HMOT, PRIBUMI YANG MENJADI PENGAWAL BELANDA.
HMOT dipimpin seorang preman Betawi bernama Panji, eks centeng di wilayah Meester Cornelis (Jatinegara). Menurut jurnalis Alfred van Sprang, kendati bertubuh kecil namun sosok Panji sangat dihormati para pengikutnya.
“Dia memiliki sorot mata tajam yang menuntut kepatuhan dari orang-orangnya…” ujar jurnalis perang terkemuka Belanda tersebut.
HMOT dipuji habis pihak Belanda, ketika mereka terlibat aktif dalam Operasi Produk menduduki Bekasi dan Karawang pada 22 Juli 1947. Setelahnya, aksi mereka pun semakin menggila. Entah berapa ratus pejuang Republik yang telah berhasil dibunuh dan diringkus oleh para “herder Belanda” itu.
Namun tak selamanya, militer Belanda membutuhkan mereka. Terlebih ketika posisi HMOT mulai menguat dan beberapa anggotanya kerap terlibat bentrok dengan para serdadu reguler Belanda dan melakukan desersi dengan membawa persenjataan lengkap. Tidak sampai setengah tahun, pada Desember 1947, riwayat HMOT tuntas begitu saja.
Sebelum dibubarkan, Panji sendiri raib tak tentu rimbanya. Ada isu beredar bahwa dia dihabisi agen MID (Dinas Intelijen Militer Belanda) secara diam-diam di suatu tempat. Sementara versi lain menyebutkan, dia ditembak mati oleh satu unit khusus TNI (Tentara Nasional Indonesia) karena dianggap sudah berdosa menyebabkan kematian para pejuang Republik. Soal terakhir itu dibenarkan oleh sejarawan Rushdy Hoesein.
“Saya pernah mendengar dari Pak Lukas Kustarjo (eks pimpinan TNI di Karawang-Bekasi) bahwa dirinya pernah ditugaskan oleh Letnan Kolonel A.E, Kawilarang untuk mencari Panji dan menghabisinya,” ujar Rushdy.
Sepeninggal Panji, eks anggota HMOT kemudian menyebar kembali sebagai kekuatan liar di sepanjang tapal batas Jakarta (Klender, Cakung, Kranji dan Bintara). Sebagian ada yang membentuk kelompok bandit bersenjata yang beroperasi sepanjang Karawang-Bekasi dan sebagian lagi memutuskan untuk memasuki kembali dunia lamanya di wilayah keramaian: menjadi preman dan tukang copet… (hendijo)
Milisi HMOT, dalam suatu upacara siaga di lepangan dekat Cilamaya (foto milik Arsip Nasional Belanda)
RENUNGAN MALAM DI TAMAN MAKAM PAHLAWAN TARUNA KOTA TANGERANG
Susunan Lengkap Wakil Menteri Koordinator Kabinet Merah Putih
2. Wakil Menteri Koordinator Hukum, HAM, Imigrasi dan Pemasyarakatan: Otto Hasibuan
3. Wakil Menteri Sekretaris Negara: Bambang Eko Suharyanto
4. Wakil Menteri Sekretaris Negara: Juri Andriantoro
5. Wakil Menteri Dalam Negeri: Bima Arya Sugiarto
6. Wakil Menteri Dalam Negeri: Rika Haloek
7. Wakil Menteri Luar Negeri: Muhammad Anis Matta
8. Wakil Menteri Luar Negeri: Armanata Kristiyawan Nasir
9. Wakil Menteri Luar Negeri: Arif Hafas Ogroseno
10. Wakil Menteri Pertahanan: Doni Ermawanto
11. Wakil Menteri Agama: Muhamamd Syafei
12. Wakil Menteri Hukum: Edward Omar Sharif Hiariej
13. Wakil Menteri Hak Asasi Manusia: Mugianto
14. Wakil Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan: Silmy Karim
15. Wakil Menteri Keuangan: Thomas Djiwandono
16. Wakil Menteri Keuangan: Suahasil Nazara
17. Wakil Menteri Keuangan: Anggito Abimayu
18. Wakil Menteri Pendidikan: Fajar Riza Ulhaq
19. Wakil Menteri Pendidikan: Atib Atikul Hayat
20. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi: Fauzan
21. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Pendidikan Tinggi: Stella Christie
22. Wakil Menteri Kebudayaan: Giring Ganesha
23. Wakil Menteri Kesehatan: Dante Saksono
24. Wakil Menteri Sosial: Agus Priyono
25. Wakil Menteri Ketenagakerjaan: Imanuel Ebnezer
26. Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia: Christina Aryani
27. Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia: Zulfikar Ahmad Tawalla
28. Wakil Menteri Perindustrian: Faisol Riza
29. Wakil Menteri Perdagangan: Dyah Roro
30. Wakil Menteri ESDM: Yuliot
31. Wakil Menteri Pekerjaan Umum: Diana Kusumastuti
32. Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman: Fahri Hamzah
33. Wakil Menteri Desa PDTT: Ahmad Riza Patria
34. Wakil Menteri Transmigrasi: Viva Yoga Mauladi
35. Wakil Menteri Perhubungan: Sultana
36. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital: Angga Raka Prabowo
37. Wakil Menteri Komuniaksi dan Digital: Nezar Patria
38. Wakil Menteri Pertanian: Sudaryono
39. Wakil Menteri Kehutanan: Sulaiman Umar
40. Wakil Menteri Kelautan dan Perikanan: Didit Gerdyawan
41. Wakil Menteri ATR/BPN : Ossya Darmawan
42. Wakil Menteri PPN/Bappenas: Februan Alfianto
43. Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara/RB: Purwadi Aryanto
44. Wakil Menteri BUMN: Kartiko Wirjoatmodjo
45. Wakil Menteri BUMN: Aminudiin Maruf
46. Wakil Menteri BUMN: Dony Oskaria
47. Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga: Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka
48. Wakil Menteri Lingkungan Hidup: Diaz Faisal Malik Hendropriyono
49. Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi: Todo Tua Pasaribu Wakil
50. Menteri Koperasi: Feri Joko Juliantono
51. Wakil Menteri Koperasi dan UMKM: Elfy Muriza
52. Wakil Menteri Pariwisata: Ni Luh Enik Ermawati
53. Wakil Menteri Ekonomi Kreatif: Irene Umar
54. Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan: Veronica Tan
55. Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga: Taufik Hidayat
56. Wakil Kepala Staf Kepresidenan: Muhammad Qodari.
Susunan lengkap Kabinet Merah Putih
1. Kemenko Politik dan Keamanan: Budi Gunawan
2. Kemenko Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan: Yusril Ihza Mahendra
3. Kemenko Perekonomian: Airlangga Hartarto
4. Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan: Pratikno
5. Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan: Agus Harimurti Yudhoyono
6. Kemenko Pemberdayaan Masyarakat: Muhaimin Iskandar
7. Kemenko Pangan: Zulkifli Hasan
B. Kementerian Teknis
1. Kementerian Badan Usaha Milik Negara: Erick Thohir
2. Kementerian Keuangan: Sri Mulyani Indrawati
3. Kementerian Kesehatan: Budi Gunadi Sadikin
4. Kementerian Pertanian: Andi Amran Sulaiman
5. Kementerian Agama: Nasaruddin Umar
6. Kementerian Dalam NegerI: Tito Karnavian
7. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah: Abdul Mu'ti
8. Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi: Satryo Soemantri Brodjonegoro
9. Kementerian Pariwisata: Widiyanti Putri Wardhana
10. Kementerian Ekonomi Kreatif: Teuku Riefky Harsya
11. Kementerian Perdagangan: Budi Santoso
12. Kementerian Perhubungan: Dudy Purwagandhi
13. Kementerian Pertahanan: Sjafrie Sjamsoeddin
14. Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal: Rosan Roeslani
15. Kementerian Hukum: Supratman Andi Agtas
16. Kementerian HAM: Natalius Pigai
17. Kementerian Lingkungan Hidup: Hanif Faisol Nurrofiq
18. Kementerian Kehutanan: Raja Juli Antoni
19. Kementerian Perlindungan Pekerja Migran: Abdul Kadir Karding
20. Kementerian Ketenagakerjaan: Prof Yassierli
21. Kementerian Perindustrian: Agus Gumiwang Kartasasmita
22. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral: Bahlil Lahadalia
23. Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga: Wihaji
24. Kementerian Pemuda dan Olahraga: Dito Ariotedjo
25. Kementerian Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Maman Abdurrahman
26. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional: Nusron Wahid
27. Kementerian Komunikasi dan Digital: Meutya Hafid
28. Kementerian Sekretariat Negara: Prasetyo Hadi
29. Kementerian Sekretariat Kabinet: Bambang Eko Suhariyanto
30. Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan: Agus Andrianto
31. Kementerian Luar Negeri: Sugiono
32. Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman: Maruarar Sirait
33. Kementerian Kebudayaan: Fadli Zon
34. Kementerian Transmigrasi dan Percepatan Kawasan Timur Indonesia: M Iftitah Suryanegara
35. Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal: Yandri Susanto
36. Kementerian Sosial: Saifullah Yusuf
37. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Arifatul Choiri Fauzi
38. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas: Rachmat Pambudy
39. Kementerian Pekerjaan Umum: Dody Hanggodo
40. Kementerian Kelautan dan Perikanan: Sakti Wahyu Trenggono
41. Kementerian Koperasi: Budi Arie Setiadi
42. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: Rini Widyantini
C. Lembaga setingkat Menteri
1. Badan Intelijen Negara: Muhammad Herindra
2. Kepolisian Negara Republik Indonesia: Listyo Sigit Prabowo
3. Tentara Nasional Indonesia: Agus Subiyanto
4. Kejaksaan Agung: Sanitiar Burhanuddin
5. Kepala Staf Kepresidenan: AM Putranto
6. Kepala Kantor Komunikasi PresidenL Hasan Nasbi
7. Sekretaris Kabinet: Teddy Indra Wijaya
Audiensi Founder dan Pengurus Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI) di Kantor Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Tangerang Selatan
Twibbon HUT RI Ke 79 Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI)
Profil Heri Eriyadi Safitri, S.Kom, MG, C.STMI. Narasumber Wawasan Kebangsaan Bidang Edukasi Sejarah Perjuangan Bangsa
PROJAS PRIVAT (Jasa Les Privat Komputer)
- PRIVAT MICROSOFT OFFICE WORD,
- PRIVAT MICROSOFT OFFICE EXCELL,
- PRIVAT MICROSOFT OFFICE POWERPOINT,
- PRIVAT DESAIN GRAFIS COREL DRAW,
- PRIVAT DESAIN GRAFIS POTOSHOP,
- PRIVAT DESAIN ANIMASI 2D/3D
- PRIVAT VIDEO EDITING,
- PRIVAT DESAIN WEBSITE,
Layanan Jasa BIMBINGAN BELAJAR, PELATIHAN, KURSUS LES DAN PRIVAT privat Komputer PRIVAT MICROSOFT OFFICE | DESAIN GRAFIS | DESAIN ANIMASI 2D/3D | VIDEO EDITING | DESAIN WEBSITE,
PROJAS PRIVAT (Jasa Les Privat Komputer) Jl. KH. Wahid Hasyim Jurang Mangu Timur Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia. HP : 0878-7726-5522 e-Mail : projasonline@gmail.com
MOTIVATOR SISWA (Motivator Semangat Juang Siwa Indonesia)
MENGAPA PORTUGIS DIBENCI OLEH PARA PENGUASA NUSANTARA SEMENTARA VOC BELANDA TIDAK ?
Portugis sebetulnya bangsa Eropa pertama yang menjajah Nusantara, Negara yang mula-mula dijajahnya adalah Malaka, Pasai (Aceh) dan Maluku.
Tidak lama selepas menjajah ketiga Negeri itu, Portugis dikroyok oleh alinasi Kerajaan-Kerajaan Nusantara, akibatnya dikemudian hari sedikit demi sedikit Kekuasaan Portugis di Nusantara habis, kecuali di Pulau Timor bagian Timur (Sekarang Timor Leste)
Pertanyaannya kenapa Portugis begitu dibenci ?
Jika diamati, ternyata cara Portugis menjajah ini sangat menjijihkan. Biasanya kalau berhasil menjajah mereka akan memurtadkan penduduknya. Bagi yang tidak mau murtad ya diusir.
Kalau bersekutu suka ingkar janji, sebagai contoh, Portugis melakukan persekutuan dengan beberapa Kerajaan Lokal, Seperti, Sunda, Aru, Makassar, dan beberap negeri di Semenanjung. Tapi giliran Sekutunya diserang lawan, Portugis tidak datang membantu malah lari, artinya memang Portugis ini tidak setia kepada sekutunya.
Gaya Penjajahan VOC Belanda
Belanda ini kalau menjajah tidak terlalu peduli dengan Agama yang dijajahnya, asal penduduk Setempat Punya Agama tekenal (Islam, Hindu, Budha) maka Belanda tidak akan memaksa penguasa taklukannya untuk murtad.
Belanda menjaga betul sekutunya, negeri-negeri yang Punya ikatan kerjasama dengan belanda atau Vazalnya maka betul-betul akan dijaganya habis-habisan, baik dari serangan musul lokal seperti pemberontakan para Pangeran atau juga kalau ada serangan dari Penjajah Eropa lainnya. Kesetia kawanan VOC Belanda memang tercatat tidak diragukan.
Belanda menjadikan Penguasa Lokal sebagai Mitra dalam bagi-bagi duit hasil jajahan, yang penting bagi Belanda cuma satu, penguasa tersebut nurut tidak banyak tingkah, maka hidupnya sama-sama makmur. Karena tingkah Belanda kaya gini maka jangan heran ketika Belanda dikalahkan Perancis, kemudian Hindia Belanda dikuasai Prancis dan Inggris terjadi banyak pemberontakan. Baca masa Rafles dan Dendlles...!!!
Itu artinya orang Kita memang suka dengan gaya Penjajahan Belanda dibandingkan dengan gaya penjajahan orang Eropa lainnya, apakah itu Portugis, Prancis ataupun Inggris.
tentara BIA (British Indian Army) menangkap 3 pejuang kemerdekaan di Jawa barat pada masa perang kemerdekaan tahun 1946
Penderitaan Presiden Pertama Republik Indonesia : Ir Soekarno (Bung Karno) pada akhir masa Hidup nya
Ia berteriak " Sakit....Sakit ya Allah...Sakit..." tapi pengawal diam saja karena diperintahkan begitu oleh komandan. Sampai-sampai ada satu aparat yang menangis mendengar teriakan Bung Karno di depan pintu kamar. Kepentingan politik tak bisa memendung rasa kemanusiaan, dan air mata adalah bahasa paling jelas dari rasa kemanusiaan itu.
%20copy.jpg)

















